Tentang Mama Crea

Riana Berbagi

Hidup hakikatnya merupakan sebuah perjalanan,
yang akan terasa singkat, dan menakjubkan,....
didalamnya, kita belajar menjadi manusia seutuhnya,....
kita mengerti, dan kita berbagi.....

PUISI


Aku Mati Ditikam Sunyi

Liang sepi meresapkan nestapa sampai ke temulang.
Buatku lena dalam khayalan-khayalan panjang
dan roh kesunyian akan menyikatku di pohon besar
lalu meniupkan mantera-mantera biadab
yang akan membuatku binasa dan terkubur dalam nestapa

Belati kerinduan yang membayang
Di setiap kelebat kenangan yang terbayang
Begitu runcing, silau darah mataku terpicing
Tujuh keliling kepalaku diombang-ambing

Ajal mendekat dengan sebilah sunyi yang tersembunyi
Sorot mata tajam menusuk tepat di bilik jantung
Hingga detaknya berhenti sebelum aku mati
Sebelum aku mati ditikam sunyi

20 Maret 2010

MELODI KEGAGALAN
I
Ini hari dimana sumur asa tertutup sudah
Batang-batang sinar surya patah pecah
Lolong-lolong tanpa daya mengisi lorong nestapa
Ada sesal, ada kecewa entah harus ditebus apa ditebus siapa…

Ketidak adilan kurasa algojo terkejam di kehidupan
Memukul rata harapan dan menyisakan darah kesedihan
Aku merana diantara pilar-pilar megah yang entah
Aku terkurung diantara jarak pembeda

Siapa salah menaruhku ditempat begitu bedebah?
Siapa yang harus menyambung perbedaan yang telah tercipta?
Siapa sudi? Siapa peduli?
Tak ada yang mengerti.

II
Entah salah tempat atau salah hasrat
Aku hanya bocah kecil yang mengidam bintang di benakku
Namun aku bukan penjelajah angkasa
Aku terseok diantara sepi lorong-lorong jalan kumuh, merana

Iblis-iblis jalanan menertawakanku dengan kekeh yang mengejek
Mereka bilang otakku mesti dikerdilkan agar tak terlalu banyak bermimpi
Mungkin benar aku salah cita, mimpi kugantung demikian tinggi
Sedang tiap hari aku makan lapar dan minum peluh di atas bumi yang becek

Terduduk aku di pojok sepi nurani
Mencoba merangkai makna yang terjalin di setiap getir hidup
Kupungut remah-remah harapan yang terserak diantara peluh dan airmata
Kucoba mengeja, namun kubaca sepi….

Biarlah dunia berkata semaunya, aku kini tak peduli, toh aku cuma sendiri
Biar saja mimpi dan asa itu lalang lalu hilang
Tak peduli burung-burung kecil itu ke sarang pulang atau terbang,
Aku cuma sendiri, menjalin angin lalu kurobek lagi

Bingar kota ini di batinku demikian sepi,
Aku terkungkung di liang sunyi karena segala harapan gagal terbukti

III
Dan liang sepi itu meresapkan nestapa sampai ke temulang.
Buatku lena dalam khayalan-khayalan panjang

Sampai roh kesunyian datang
Dan mengikatku di pohon besar
Meniupkan mantera-mantera biadab
Yang akan membuatku binasa

Aku terkubur dalam nestapa